Aku memang harus bertahan. Dalam ketidak pastian. Kejaran deadline. Ato tugas2 ku yang terus menumpuk.
Aku memang harus bertahan. Banyak hal yang belum tak kenal. Semua yang menarik yang belum tak pelajari.
Aku teruuuus mencoba bertahan. Diantara BRENGSEK-nya dunia. Antara ketidak puasan dan ke-asaan. Semua hal yang menjemuhkan...
Walau terkadang2 aku sering berfikir. Aku lebih suka sendiri. Di puncak gunung yang sepi. Cuma tidur terlentang, menatap langit dan gemintang. Itu sajaa. Sendiri.
'Dunia'-ku sendiri lebih menarik bagiku. Menikmati kemelut pikiranku. Mencintain indahnya alamku. Gak ada yang munafik. Karena aku tahu itu. Kejujuran.
Pernah aku berucap. Ketika ku lihat Sempei-ku (pelatih karate) terjatuh, menangis. Sosok yang selama ini kuanggap kuat, ternyata limbung juga. Aku sempat memaki diriku sendiri, aku juga salah satu orang yang menjadi sumber masalahnya. Seorang Kohai yang super bandel. Aku menyesal, karena itu aku keluar dari Karate (suatu saat aku pasti kembali, tapi tidak ditempat ini). Aku hanya lari, taksanggup mendengar erangan tangisnya. Kucari gedung tertinggi di kampus, dimana aku bisa melihat sahabatku, gunung. Dan aku hanya bisa menangis.
Kenapa manusia harus diciptakan dengan cinta. Dengan kasih sayang. Dengan membutuhkan. Dengan berbagi. Dengan mengenal. Dengan menolong........Kalau akhirnya semuanya menjadi serba menyakitkan.
Aku tak ingin menjadi orang yang tak kenal terimakasih kepada Tuhan. Karena itu aku harus bertahan. Terus membuktikan kebenaran. Terus mencari keabadian. Terus bertahan!!
No comments:
Post a Comment